Biarkan Angin Bertiup

Duduk disamping jendela yang terbuka lebar. Menghubungkan sudut kamar dan dunia luar. Indranya mengikuti angin menuju semesta yang tak terbatas. Dia menatap lurus ke langit biru yang sebentar lagi menjadi abu-abu. Memasukkan udara sepuasnya ke dalam tubuh. Lalu, dia membuka lembaran itu.

Halo, bagaimana kabarmu?

Harus kukatakan padamu. Sudah sejauh ini, bukan? Kamu selalu berusaha berdiri dengan tegak. Kamu memilih menunjukkan versi terbaik dirimu. Sedia mengayomi orang lain. Menunjukkan senyum walaubagaimanapun pergolakan dalam batin. Kamu memutuskan untuk menjadi orang yang tidak akan membuat masalah untuk orang lain. Juga, memilih untuk menjadi tempat bersandar bagi yang lainnya. Memilih untuk memberi tanpa kembali. Kamu berhasil membentuk citra yang mungkin akan membuat sebagian orang bertepuk tangan. Selamat dan mawas dirilah!

Tentang tahun 2021 yang berlalu seperti angin. Kamu melewatinya. Segeralah perbanyak bersyukur kepada-Nya. Kamu tidak mungkin bisa bangun tanpa pinjaman rahmat-Nya. Tanpa nafas dan jaminan kesehatan fisik dan jiwa dari-Nya. Apakah kamu mengingat tahun 2021 yang dimulai dengan kabar mengejutkan? Kabar yang membuatmu seketika bergeming dan mendefinisikan kembali arti kehidupan di dunia ini. Seorang teman di tengah perjuangannya dipanggil pulang oleh-Nya. Dia telah berada di tempat yang jauh. Kamu mengakui penyesalan tipis, bahwa kamu tak pernah menunjukkan apresiasi dan doamu secara langsung. Padahal kamu memiliki kesempatan itu.  Meskipun kamu berusaha untuk menolongnya, tapi pada akhirnya tak banyak yang bisa kamu lakukan atas kehendak Allah. Pada akhirnya, dia pamit dalam sebuah kilasan cerita pada teman di alam mimpi. Kamu tersadar betul,  semua pun akan mengikuti jejaknya. Kembali. Bukankah dirimu bersyukur bahwa kamu masih melalui 2021? Jangan pernah merasa sombong dengan kehidupan ini!

Kamu berterima kasih kepada Allah, kedua orang tua, dan semua orang-orang baik yang dikirim Allah untuk menolongmu. Termasuk juga orang-orang yang datang untuk menguji kesabaran dan ketangguhanmu. Kamu pun pernah tersenyum penuh kelegaan dan haru atas target tertulis di awal tahun 2021; yang telah menjadi kenyataan. Kamu bisa lulus tepat waktu dengan predikat pujian. Bahkan, Allah memberikan bonus atas ketekunan dan kesediaanmu untuk mengorbankan beberapa hal. Kamu menjadi lulusan terbaik di fakultasmu pada periode kelulusan itu. Dan lagi, mendapatkan penghargaan manuskrip publikasi tesis terbaik. Secara khusus, kamu berterima kasih kepada pembimbing thesis, juga penguji yang serasa menjadi pembimbingmu yang lain. 

Kamu bersyukur. Perjalanan yang diberikan kepadamu saat ini telah mengantarkanmu untuk bertemu dan mendapatkan bimbingan secara langsung dari mentor-mentor keren, yang dulunya kamu puji dan jadikan panutan. Mentor yang inspiratif. Bahkan, kamu telah bertemu dengan orang-orang inspiratif lainnya dan orang-orang yang memiliki determinasi diri yang kuat, orang-orang yang pantang menyerah. Kamu bertemu dengan Ilmuwan-ilmuwan hebat di bidangnya, pekerja sosial hebat, dan mereka-mereka yang selalu membawa misi kemanusiaan dalam hatinya. Kamu menyadari bahwa itu adalah sebuah keberuntungan tersendiri dalam perjalanan hidupmu. 

Sepanjang tahun ini, bahkan kamu telah memberikan centang atas beberapa daftar pengembangan dirimu di tahun 2021. Tidak semua. Tapi itu sungguh patut kamu apresiasi. Kamu mengikuti konferensi internasional dan bertemu virtual dengan tokoh-tokoh ilmuwan psikologi dunia yang lebih inspiratif lagi. Kamu mewakili tim kamu untuk menunjukkan hasil pekerjaan kalian. Kamu juga diberikan kesempatan untuk mengisi beberapa seminar, workshop dan kelas lainnya. Sebuah dasar untuk membentuk bangunan pengalamanmu, menyinkronkan ilmu dan aplikasinya. 

Kamu juga masih memilih untuk tetap tinggal bersama dengan orang-orang yang telah mempertemukan misinya denganmu, dalam naungan sebuah komunitas. Memberikan dampak positif, menjadi manusia yang bisa bermanfaat, bagi diri dan lingkungan sekitarnya. Kamu tetap bersyukur. Tentu, kamu bisa memilih untuk berjalan sendiri. Namun, bukankah sesuatu akan lebih berdampak jika kamu melakukannya bersama-sama? Di tengah tarik ulur membangun apa yang dimulai, kamu akhirnya banyak belajar tentang berbagai karakter orang lain, memahami orang lain, juga memahami dinamika dalam kelompok. Sungguh, pelajaran yang tidak biasa dari laboratorium psikologi alamiah, kehidupan. Kamu mengeluh, suatu ketika. Tapi kamu memilih untuk meneruskan, bahkan dengan setitik harapan dalam hati yang masih tersisa. Kamu akan tertawa kecil saat kamu membaca ini. Pada akhirnya aku menyebutkannya dalam surat ini. Aku tahu bahwa kamu masih bertanya-tanya, akankah aku tetap kukuh untuk melanjutkannya di masa yang akan datang? Aku pun belum bisa memberikan jawabannya. Tapi, kamu tahu, aku tak akan pernah mudah menyerahkan sesuatu apabila aku telah dan bisa tetap menjaganya. Mari kita memikirkan apa yang ada di hadapan mata kita. 

Akhirnya, kamu harus mengucapkan perpisahan pada kota yang menyimpan banyak cerita. Kota yang di setiap sudutnya meniupkan rasa rindu untuk selalu kembali ke sana. Itulah sihir utama dari kota ini yang selalu membuat banyak orang ingin kembali. Kota terlama yang kamu tinggali, di luar dari tempat kamu berasal. Aku tahu, hatimu masih berkata bahwa suatu saat kamu akan mengunjungi kota itu lagi. Kamu telah kembali tanpa meninggalkan semuanya. Memori tak akan begitu saja runtuh. Aku akan mengutip lirik ini untukmu.

Perpisahan bukanlah kata yang menyedihkan 

 Itu adalah sorakan yang menghubungkan kita pada impian masing-masing 

Dengan memeluk hari-hari yang telah kita lewati bersama didada

 Aku akan terbang jauh sendirian menuju langit masa depan

Dan kamu akan menambahkan kata “ sampai berjumpa lagi”

Saat ini, kamu pasti telah merenungkan kembali. Tahun ini adalah tahun yang diwarnai dengan pengharapan yang berlebihan. Beberapa kali terurai air mata harapan yang tak berbalas. Aku Hingga kamu harus berjanji berkali-kali untuk tidak menitikkannya lagi. Kadang gagal dan kadang pula berhasil. Aku tahu kamu kadang harus menutup luka beberapa kali dan membiarkannya menjadi cerita yang tak pernah tersampaikan. Tidak apa-apa. Sungguh tidak apa-apa jika kamu menjatuhkan air mata dan mengubur luka itu. Asal kamu tidak menjatuhkan dirimu sendiri. Asal kamu tetap melanjutkan perjalananmu dan menjadi bahagia. 

Kamu juga telah melalui peralihan bab kehidupan yang kedua. Ke dalam diri, aku tahu kamu banyak bertanya tentang alasan “mengapa”?. Ke luar diri, kamu banyak melakukan perbandingan sosial. Beberapa pintu mulai terbuka dan kamu perlu untuk segera memilih pintu yang akan kamu masuki. Tak ada yang memberikan jaminan tentang jalan panjang di balik pintu. Kamu tentu sudah memahami, begitulah hidup bekerja. Penuh misteri dan kejutan-kejutan. Tapi juga penuh hikmah bagi yang mencarinya. 

Kita telah menemukan pelajaran melalui perjalanan kita tahun 2021 ini, bukan? Biarkan aku menuliskannya disini. 

Bagaimana dengan kekuatan karaktermu? Apa yang sudah kamu optimalkan tahun ini? Aku pikir bahwa kamu menjadi lebih bijaksana dengan mempertimbangkan berbagai perspektif. Semakin kita bertumbuh dewasa, kekuatan karakter ini seyogianya bisa meningkat juga.  Kamu juga semakin terampil dalam hal bekerja dalam kelompok. Aku berpikir bahwa kamu telah melatih kepemimpinanmu juga. Karakter lainnya tetap melekat pada dirimu. Kebaikan, ketekunan ataupun persistensi, spiritualitas, harapan, kebersyukuran, kecintaan belajar serta regulasi diri. Kupikir kamu juga menjadi lebih rendah hati dan kamu perlu mempertahankan itu. Setiap individu memiliki potensi kekuatan karakter yang membentuk kebajikan-kebajikan dalam dirinya. Tugas individu adalah mencari tahu dan mengoptimalkannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Berada di titik pertengahan adalah yang dianjurkan untuk mendukung kesejahteraan mental.

Kamu  juga telah belajar mengembangkan kemampuan “meramal”-mu. Kita belajar psikologi. Tapi, kamu tahu betul bahwa kemampuan ini tidak hanya semata-mata dimiliki oleh mereka yang belajar psikologi; hingga kita disebut pembaca pikiran. Ini salah besar. Aku pikir setiap orang akan memiliki kemampuan ini. Mereka selalu tertarik dengan urasan ramal-meramal. Kadang mereka lupa bahwa ada pemilik ramalan besar yang mengatur kehidupan, seperti penulis dongeng. 

Aku pikir bahwa kita sebaiknya menggunakan teori atribusi untuk meramal perilaku seseorang. Berusaha menghubungkan penyebab dan akibatnya. Namun, banyak kasus ketika ramalan meleset dengan menggunakan teori ini. Tentu, ini hanya teori, ada kelebihan dan kekurangan. Kamu sudah tahu kalau manusia itu rumit. Dia makhluk dinamis. Dia bisa berkata A saat ini. Tapi di lain waktu, dia tiba-tiba berubah dan menyebutkan B. Bahkan tak sampai menghitung jam. 

Jadi, kupikir, dibandingkan hanya sekedar menggunakan teori untuk meramal, lebih baik kita mengembangkan kekuatan karakter berkaitan dengan memahami situasi diri dan lingkungan sekitar kita. Kekuatan itu akan berasal dari dalam diri. Tidak sekedar menggunakan apa yang ada di luar diri. Kamu terlihat mulai menggarisbawahi kecerdasan sosialmu, kemampaun terkait apa yang kita rasakan dan pikirkan tentang diri dan orang lain. Kita bisa memahami diri dan orang lain, yang kemudian melahirkan tindakan yang sesuai pada berbagai lingkungan sosial. Tidak sekedar sadar, tapi kita bisa beraksi sesuai dengan situasi sosial yang ada. Terlihat dari cara merespon dan juga menempatkan diri pada berbagai situasi. Kupikir ini menjadi karakter dasar untuk “meramal”.  Ya. Ini seperti peka secara sosial. Menurutku saat ini, peka secara sosial tidak akan terlepas dari kepekaan emosional dan spiritualitas. Kuharap kamu akan mengembangkan kemampaun ini dimasa yang akan datang. 

Selain itu, aku berharap kamu selalu mencari pengalaman-pengalaman baru dan bermakna. Aku sekarang bertaruh, jam terbang adalah sesuatu yang tidak bisa disangkal. Itulah mengapa kita memiliki mentor. Itulah mengapa kita menghargai senior. Itulah mengapa kita perlu rendah hati untuk belajar dari mereka. Sebuah metafora melintas di pikiranku. Ini bukan gagasanku yang asli, aku hanya teringat pernah melihatnya di media sosial. Dan, itu sangat benar. Pengetahuan saja tidak pernah cukup. Ini menjadi alasan pertama kenapa kita harus menerapkan ilmu yang kita miliki. Pengetahuan dan pengalaman akan membentuk suatu bangunan yang rapi dan lebih kokoh. Pengetahuan saja atau hanya pengalaman saja, belum bisa membentuk bangunan yang rapi, bahkan pondasinya belum kuat. 

Kamu sudah membaca buku tentang ini bukan? Apa yang kita ketahui melalui keluarga, lingkungan tetangga, sekolah, dan media massa akan tersimpan dalam sebuah komputer bawah sadar. Data-data ini akan diperkaya dengan apa yang kita lakukan dalam kehidupan ini. Secara ideal, ketika kita akan mengambil keputusan atau membuat penilaian tentang sesuatu, kita akan menggunakan fakta-fakta yang ada; sebanyak mungkin informasi. Tapi seringkali data yang tersimpan di komputer bawah sadar mendesak untuk keluar, dan seseorang akhirnya membuat keputusan yang cepat. Kita menentukan benar atau tidaknya sesuatu dengan sekali kedipan, seperti peramal. Kadang juga, informasi – informasi yang tersedia, yang menuntut kita berpikir rasional, terlalu rumit dan memusingkan. Jadi, kita pun meninggalkan otak kita yang berasionalisasi, dan menyerahkan tampuk proses penilaian pada otak komputer bawah sadar. Sebagian mereka melabelnya dengan “mengikuti kata hati” atau secara sederhana mengatakan “aku tak bisa menjelaskannya, tapi feeling-ku berkata demikian”. Sialnya, beberapa penilaian salah total dan mengantarkan pada hikmah bahwa sebaiknya kita tidak terburu-buru dan tidak langsung menyimpulkan tanpa berpikir sistematis. Tapi yang menakjubkan adalah, tidak sedikit pula yang benar adanya. Mereka berhasil karena mengikuti kata hati. Atau ada yang mengatakan bahwa “aha aku tahu ini benar”. Aku tak perlu menceritakan momen-momen “aha” dari para ilmuwan legendaris untuk menggambarkan bagaimana koneksi pengetahuan dan pengalaman menciptakan momentum luar biasa, bahkan mengubah sejarah dunia. 

Kelihatannya aku akan mendukungmu untuk gagasan ini. Pada satu titik, jangan tertipu dengan kedok otak rasionalmu yang menyuruhmu untuk berpikir sistematis dan menjelaskan segalanya dengan bukti-bukti. Pada titik ini, teori atribusi bisa salah bukan? Begitu juga dengan teori-teori pengambilan keputusan yang terkenal. Pada satu titik, kadang yang kamu butuhkan adalah mengambil poin-poin data dari komputer bawah sadarmu. Disana ada perasaan, ada nilai-nilai yang tertanam juga, seperti nilai-nilai moral. Atau, ada sebuah proses-proses terakumulasi yang tak kelihatan pada situasi normal, membentuk data utama yang menggerakkan tindakan-tindakan kita secara tidak sadar. Kadang kita hanya perlu membuka komputer itu dan menemukan jawabannya. Tapi aku tidak mengatakan bahwa ini mudah. Ini sangat tricky. Belum lagi jika data dari komputer bawah sadar itu semuanya dianggap “buruk” dan “tidak berperikemanusiaan” atau berisi data  tentang “psikopat”. Sekali lagi, tergantung bagaimana kita mengisinya. 

Lalu bagaimana membuatnya akurat? Kamu mengatakan bahwa semakin banyak pengetahuan dan pengalaman terkait hal itu, semakin akurat data yang tersimpan dalam komputer bawah sadarmu itu. Aku sepakat. Maka perbanyak pengetahuan dan pengalaman yang baik. Ini akan menolong kita menjadi peramal yang handal. Tentu kita juga akan mengembangkan kecerdasan sosial kita itu sebagai kekuatan karakter utama menjadi peramal. Ada yang memberitahuku kalau manusia itu punya sisi hitam dan putih. Tapi aku cenderung percaya bahwa fitrah manusia adalah dengan sisi putihnya. Kamu percaya bukan, sejahat-jahatnya seseorang, kadang masih ada nurani dalam komputer bawah sadarnya. 

Apakah kamu menarik nafas? Sudah terlalu banyak yang aku ceritakan. Disini angin semakin berhembus. Aku melihat daun-daun kering itu terbang kesana-kemari. Sekarang saatnya aku memberitahumu apa yang menjadi rencana dan langkah kita selanjutnya.

Mengeksplorasi hal baru di luar zona nyaman. Ini adalah jalan satu-satunya memperkaya pengetahuan dan pengalaman, juga kepekaan. Terhubunglah dengan orang lain. Darinya kamu akan mengembangkan kecerdasan sosial juga. Jadilah apa yang hatimu katakan padamu. Hati yang bersih, bukan hati yang ternoda. Bagaimana membersihkannya? Sering-sering introspeksi diri. Lihatlah! Kamu akhirnya menemukan alasan yang paling tepat kenapa kamu belajar psikologi. Memahami diri dan orang lain, membersihkan hati, meningkatkan empati, mengoptimalkan kekuatan karakter. Setelah kamu memiliki semua itu, bagikanlah. Dengannya, ilmu bisa bermanfaat. Aku sudah menyebutkannya. 

Peganglah satu misi utama yang mewarnai tujuan-tujuan kecilmu. Apakah kamu masih mengingat misi dari langit? Kamu tak pernah melupakan awal dari semuanya, bukan? Kamu bahkan menerima surat-surat dari langit. Kita semua punya tujuan besar. Bagaimana mewujudkannya? Jangan terlalu fokus pada tujuan besar itu. Fokuslah pada perilaku-perilaku kecil yang bisa kamu kelola untuk mencapai tujuan itu, sedikit demi sedikit, namun pasti dan konsisten. 

Aku akan menutup surat ini dengan sedikit refleksi. Kita akan berada di jalan yang kita pilih masing-masing, di tempat yang berbeda, untuk mencapai tempat terbaik yang dijanjikan, bahkan menembus tujuh lapisan langit.  Cara kita akan berbeda-beda dan tantangan yang dilalui juga akan beragam sesuai jalan yang dipilih. Tapi tidak akan ada jalan yang selalu mulus, tanpa ada bongkahan batu yang perlu disingkirkan untuk melanjutkan perjalanan. Bagaimanapun kesulitannya, luruskan niatmu. Tempat yang terbaik itu hanya bisa dicapai dengan niat yang lurus, sejalan dengan usaha yang baik. Ingatlah ini baik-baik, sebab ini menjadi kunci untuk membangun mental yang tangguh. Berhenti selalu berpikir bahwa semua akan berjalan sempurna. Percayalah, apa yang kamu lihat sempurna belum tentu tanpa cacat. Berhenti selalu berpikir bahwa semua akan berjalan sesuai dengan apa yang kamu tulis dalam buku kehidupanmu. 

Meskipun demikian, aku tidak mengatakan bahwa kamu tidak boleh optimis. Tentu saja orang yang optimis itu baik. Berusahalah menyeimbangkan. Aku hanya berusaha menyampaikan kepadamu bahwa dunia itu juga berisi cobaan-cobaan yang bertujuan mendidik kita. Bukan tempat hura-hura semata. Ini tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Selain itu, selalu ingat,  kamu memang seorang penulis semi-otonom untuk bukumu sendiri, tapi kamu juga adalah tokoh yang terlibat dalam sebuah cerita yang ditulis oleh penulis utama, arsitek utama kehidupan ini. Dia sedang menulis cerita tentang penulis yang menulis cerita. 

Baiklah, kuharap kamu tetap mempertahankan apa yang sudah kamu capai atau miliki selama ini. Lalu, kedepannya kamu akan mengembangkan hal lainnya. Teruslah menjadi baik. Tidak ada ruginya. Jaga kesehatan fisik dan mentalmu. Terus bersabar, karena belum sabar jika itu terbatas. Perkuat hubunganmu dengan Sang Penulis Utama. Tetap percaya pada keajaiban-Nya, tapi percaya juga akan berkah determinasi diri yang Dia berikan. 

Salam hangat dan tulus

Your Dear Self – Dirimu Tersayang

Dia melipat surat itu, membentuk pesawat kertas;  bersiap menerbangkannya bersama angin. Dia menarik nafas dalam-dalam; terpejam. Jauh dalam lubuk hatinya dia seperti bersenandung. Biarkan angin bertiup. Lepaskan apa yang tertahan dengan erat dalam hati dan pikiran. Lepaskan bersama hembusan angin. Biarkan angin bertiup. 

Ia menghebuskan nafas dan  melepaskan pesawat kertas itu. Entah angin akan membawanya kemana.? Dimana dia akan bertemu dengan pesawat kertas lainnya. Dimana ia akan mendarat? Akankah dia mencapai langit? Biarkan angin bertiup, seperti memeluk ketidakpastian, seperti keterbukaan atas segala kemungkinan dalam perjuangan menjalankan misi dan mencapai tempat terbaik.

Gunung Kidul – [Dokumentasi Pribadi]

Published by Syura Muhiddin

I study Psychology. You are able to call me Syura or Wasti. I am the third daughter of my Father (Muhiddin) and my Mother (Marwah). I am a Muslim women. My tribe is Bugis from South Sulawesi Province. Absolutely, I am an Indonesian.

Leave a comment